Search

Content

Agustus 13, 2013

Bintangnya Mana?




Turkey nightscape. Taken by Tunc Tezel (via twanight).


Akhir-akhir ini jadi sering berangkat ke kampus pagi banget, pulang malem banget. Dan dalam perjalanan pulang-pergi ini, sering banget kepala menengok ke atas, mengecek apakah langit cerah dan ada satu-dua bintang di atas. Bersyukur banget akhirnya tinggal di Bandung, bintangnya masih keliatan. Apalagi kalo udah di atas jam sembilan malam. Dari yang awalnya hanya terlihat satu-dua bintang, lama-lama ada kerlipan bintang yang lain. Makin malam, makin banyak kerlipan bintang. Gue senang.

Saking sukanya gue ngeliat langit malam, bahkan waktu diklat malam, gue masih sempet curi-curi melongok ke atas (maaf ya komandan). Waktu kumpul di Lap. Sipil, gue sempet ngeliat ke atas. Langitnya ceraaaah banget. Bulannya terang, bintangnya juga lumayan banyak. Waktu di Lap. Basket, langitnya masih sama, bulannya masih terlihat terang, bintangnya juga ngga ketutup awan. Jadi kalo udah capek berdiri, ganti posisi berdirinya sambil curi-curi liat ke atas hahah (sekali lagi maaf komandan!)

Pulang ke Jakarta, gue berharap bisa ngeliat langit yang sama. 'Berharap' yaaa meski gue tau kayaknya ngga mungkin, hahah. Seinget gue selama belasan taun gue tinggal di Jakarta, bintangnya ngumpet terus, ngga banyak.

Di Jakarta, yang sering gue liat justru kerlipan yang lain. Kerlipan artifisial. Entah dari menara pemancar, pesawat terbang, gedung-gedung perkantoran, sampai lampu sorot. Tapi sejak beberapa bulan yang lalu, harapan gue bisa melihat bintang banyak di langit atas rumah gue semakin pupus.... sejak sebuah mall yang deket banget sama rumah gue masang LED super jumbo, panjang, dan terang banget. Terangnya LED itu bahkan masih keliatan sampai jalan masuk ke komplek rumah gue. Tiap malem jadi berasa ada konser di deket rumah (soalnya mirip-mirip lighting konser).

Ya mungkin pemasangan LED ini semacam terobosan baru, strategi marketing, karya inovatif dari pihak manajemen mall. Karena sebenernya ya emang kok tampilan LED ini keren! Bahkan LED milik mall ini tercatat di Guinness World Records untuk kategori The World Largest Illuminated Facade. Mall ini langsung menjadi ikon DKI Jakarta. Sebuah prestasi yang patut diapresiasi.

The giant LED ini satu dari sekian banyak sumber cahaya penerang malam Jakarta. Semakin banyak ornamen penerang malam terinstal di kota ini. Bahkan mungkin sudah terlalu banyak, berlebihan. Sampai akhirnya menutup milyaran lampu yang telah alam berikan secara cuma-cuma kepada kita. Bintang-bintang itu tersembunyi, cahayanya kalah.

Banyak dari kita lupa, kurang arif, kurang bijak. Kita lupa menahan diri, berhenti dulu sejenak dan berfikir, saat dalam perjalanan mengembangkan teknologi paling maju. Semakin jauh teknologi kita di depan, semakin jauh pula diri kita dari alam. Takut sama kegelapan itu salah satu sifat dasar manusia. Tapi butuh cahaya seterang apa agar kita bisa tenang?

Polusi cahaya ini bukan hal sepele. Jarang dibicarakan orang jika dibandingkan dengan polusi udara, tanah, atau air, tapi efeknya sama nyatanya. It only takes two minutes of your time to watch this video and realize that sometimes we do need to turn off the lights.




Mungkin karena dari kecil gue suka dibeliin buku-buku tentang alam semesta, gue suka melihat langit. Entah langit siang atau langit malam. Mimpi besar gue adalah melihat langsung lengan Bima Sakti terbentang di langit malam. Keinginan kecil gue yang sebenarnya mudah terkabulkan, adalah menikmati malam bertabur bintang. Entah sambil main-main, sekedar lagi di perjalanan, atau apakek. Udah, itu aja. Tapi sayang, belasan tahun tinggal di kota, jadi jarang melihat bintang. Selama ini hanya beberapa kali aja ngeliat langit malam bagus banget, itupun waktu lagi di desa-desa.

Kemarin malam baru aja gue ke sebuah desa di Demak. Jalanannya masih kecil, sempit, dan hanya ada sedikit penerangan. Bagi gue yang terbiasa dengan terangnya kota, desa itu gelap. Lalu gue melihat ke atas, dan setelah sekian lama, gue akhirnya melihat langit yang cerah, cerah sekali. Bintang-bintang -tak terhitung jumlahnya, bertaburan menemani bulan sabit dan anak-anak desa yang lagi asik main kembang api. Damai.

Kita selama ini menyalakan lampu saat malam agar tidak gelap, tapi kita gak sadar kalau sebenarnya alam pun sudah menyediakan lampu bagi kita. Banyak. Gratis. Coba yuk, matikan sebagian lampu-lampu yang gak terlalu penting waktu malam hari. Lalu tengok ke atas, disana ada apa. Sepotong semesta yang bisa kita lihat di langit malam sebenarnya pengingat bahwa kita ini kecil. Semesta sudah ramai, bahkan tanpa kita. Alam yang besar. Apalagi Sang Penciptanya. Subhanallah.

0 comments:

Posting Komentar

Share your thoughts, questions, anything! :)

Tick Tock

Blog Archive

Follow Who?

Diberdayakan oleh Blogger.